Nama: Dr (HC) H Hamzah Haz
Lahir: Ketapang, Kalimantan Barat,
15 Februari 1940
Agama : Islam
Isteri:
- Asmaniah
- Titin Kartini
Pendidikan:
- SMP, Pontianak, Kalimantan Barat
- SMEA, Pontianak, Kalimantan Barat
- Akademi Koperasi Negara, Yogyakarta (1962)
- Jurusan Ekonomi Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak (tingkat V, 1970)
Karir:
- Guru SM Ketapang (1960-1962)
- Wartawan suratkabar Bebas, Pontianak, Kalimantan Barat (1960-1961)
- Pimpinan Umum Harian Berita Pawau, Kalimantan Barat
- Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, (1962)
- Ketua Badan Pemeriksa Induk Koperasi Kopra Indonesia (1965-1970)
- Ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak (1968-1971)
- Asisten Dosen di Universitas Tanjungpura Pontianak (1968-1971)
- Anggota DPRD Tk I Kalimantan Barat (1968-1971)
- Anggota DPR RI (1971-2001)
- Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (1998-1999)
- Wakil Ketua DPR (1999-2001)
- Menko Kesra dan Taskin (1999)
- Wakil Presiden RI (26 Juli 2001-2004)
Alamat rumah:
Jalan Tegalan No. 27 Jakarta Timur
Pusat Data Tokoh Indonesia
Ketua Umum DPP PPP ini akhirnya dideklarasikan sebagai calon
presiden berpasangan dengan Agum Gumelar. Ia yang semua diproyeksikan menjadi
Cawapres, akhirnya menjadi Capres untuk menjalankan mandat parpol. Dia mengaku
memilih Agum karena menteri perhubungan itu nasionalis 24 karat, untuk
mengimbangi unsur Islam yang melekat pada PPP. Duet yang terkesan mendadak ini,
paling terakhir mendaftarkan pencalonan ke KPU, Rabu 12 Mei 2004.
Pasangan capres Hamzah Haz dan cawapres Agum Gumelar dari PPP ini tiba di
gedung KPU pukul 13.00 didampingi sejumlah fungsionaris pusat parpol berlambang
Ka'bah, seperti Ali Marwan Hanan dan Chozin Chumaidy. Setelah pendaftaran, duet
Hamzah-Agum dideklarasikan di Stadion Tennis Indoor, Gelora Bung Karno, Jakarta. Duet ini bertekad
untuk mewujudkan Indonesia baru yang makmur, adil, sejahtera, dan mandiri.
Hamzah yang sebelumnya disebut-sebut akan menjadi
wapres dari Megawati dalam Pemilu 5 Juli 2004, mengakui proses pencalonannya
sangat cepat, begitu pula penetapan pasangannya. "Jangankan Anda, saya
sendiri pun kaget. Menurutnya, sebenarnya dengan perolehan pemilu legislatif yang
tidak sesuai dengan target partai, tidak ada rencana untuk menampilkan capres.
Tetapi, katanya, sesuatu terjadi di luar dugaan dan di luar hitungan matematika
secara rasional.
Di KPU Hamzah-Agum didaulat untuk memberikan
keterangan pers. Wakil Presiden Kabinet Gotong-Royong (Megawati) ini
menjanjikan pemerintahannya bersama Agum bakal selaras karena sudah lama
bekerja sama dalam Kabinet Gotong Royong.
Menurut Hamzah, ia telah bertemu Presiden Megawati di rumah dinas presiden,
Jalan Teuku Umar, meminta izin untuk mendaftarkan diri sebagai capres
berpasangan dengan Agum. "Dalam pertemuan itu, saya tidak mengajukan
pengunduran diri dari kabinet," ujarnya.
Hamzah, mengakui sangat berat memimpin negara
besar seperti Indonesia. Menurutnya, tanpa problem yang serius pun sudah pasti
amanah ini sangat berat, apalagi sekarang bangsa ini belum keluar dari krisis
multidimensi yang dialami sejak enam tahun lalu.
Namun, katanya, apabila seluruh komponen bangsa
bersatu, saling membantu memecahkan persoalan yang ada, beban tersebut akan
menjadi ringan. "Dengan izin Allah subhanahu wa taala, tidak ada laut yang
tidak dapat dilayari, tidak ada sungai yang tidak dapat diseberangi, tidak ada
gunung yang tidak dapat didaki, tidak ada jalan terjal yang tidak dapat
dilalui, dan tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan," ujar Hamzah.
Hamzah Haz melihat ada dua hal yang
kini harus dihadapi bangsa, yaitu krisis ekonomi dan keuangan, serta krisis
kepribadian bangsa. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan beberapa kebijakan
pembangunan. Pertama, melaksanakan sila Ketuhanan Yang Maha Esa secara
konsekuen dan konsisten. Kedua, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi
sebagai pilar pembangunan. Ketiga, membangun perekonomian rakyat, petani, dan nelayan
dengan menyinergikan kekuatan pengusaha besar dengan pelaku koperasi, pengusaha
kecil dan menengah. Memberi nilai ekonomi dan kesejahteraan terhadap
pelaksanaan otonomi daerah.
Hadir pada saat pendeklarasian duet Hamzah-Agum
itu, antara lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan
Bangsa Alwi Shihab, Ketua DPP Partai Bulan
Bintang Ahmad Sumargono, Ketua Majelis Syar'i PPP KH Maemun Zubaer, dan Ketua
Majelis Pertimbangan Partai PPP Ismail Hasan Metareum. Acara
deklarasi itu ditutup dengan doa oleh KH Abdullah Gymnastiar.
Paling Akomodatif
Bila ada tokoh politik yang layak menyadang
predikat akomodatif, maka Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan yang juga
menjabat Wakil Presiden RI, ini pantas disebut. Ia tidak bersuara terlalu
vokal, tetapi juga tidak terlalu lunak. Hamzah punya gaya sendiri: keras dengan
kemauan tapi juga lembut dalam kompromi. Maka, kendati sempat mendapat
'perlawanan' dalam Muktamar PPP Mei 2003, ia terpilih kembali sebagai Ketua
Umum PPP 2003-2008.
Hamzah lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15
Februari 1940. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi. Setamat Sekolah
Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat
kabar Pontianak, Bebas. Ia tidak memilih bekerja di bank, sebagaimana
teman-temannya yang lulusan SMEA. "Saya lebih suka menjadi wartawan. Di
sini saya bisa langsung bergaul dengan masyarakat secara luas," katanya.
Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama
setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang
mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. "Mengingat
koperasi juga menyangkut orang banyak, saya memutuskan untuk ikut kuliah
bersama ayah," kilahnya.
Karena giat organisasi sejak SMP, di kampusnya
itu pun ia giat berorganisasi dengan mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia. Sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya.
Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan
membawa gelar sarjana mudanya. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas
Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di
tempatnya kuliah itu, ia sempat jadi asisten dosen. Selanjutnya, statusnya naik
menjadi dosen di fakultas tersebut. Di luar kegiatan akademis, ia menjadi Ketua
Presidium KAMI Konsulat Pontianak dan mewakili Angkatan 66 di DPRD Kalimantan
Barat.
Hamzah sempat menjadi Wakil Ketua DPW Nahdlatul
Ulama (NU) Kalimantan Barat. Kemudian, mewakili NU ia hijrah ke Gedung DPR/MPR
di Senayan pada 1971. Setelah NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan,
ia terpilih secara terus-menerus menjadi anggota DPR mewakili PPP. Di PPP, ia
sudah beberapa periode menjadi pengurus. Terakhir, ia menjadi salah seorang
ketua DPP PPP, sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP pada akhir
1998.
Sebagai anggota DPR, Hamzah adalah seorang wakil
rakyat yang sangat fasih bicara masalah moneter, khususnya mengenai APBN.
Memang, selama di DPR ia selalu masuk dalam komisi APBN. Terakhir, bersama Umar
Basalim, Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menulis buku
"Kebijaksaan Fiskal dan Moneter" yang diberi pengantar oleh Prof. Dr.
Anwar Nasution.
Pada 1998 ia menjadi Menteri Negara
Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkuat kabinet
Presiden Habibie. Semula, pria necis berkumis tipis
ini sempat enggan mengabulkan ajakan Habibie yang sampai dua kali menelponnya. Ia
mengaku, dibandingkan menjadi menteri, ia lebih senang menjadi anggota DPR.
Menurutnya, tugas menjadi anggota DPR saja sudah berat, apalagi menjadi menteri
yang harus juga mengurusi masalah teknis dan lobi di masa krisis yang belum
berakhir. Namun, karena itu adalah tugas negara, maka ia menjalaninya dengan
kesungguhan hati.
Selama menjadi Meninves/Kepala BKPM, Hamzah tidak
menempati rumah dinas bagi menteri. Sebab, ia tidak ingin menjabat posisi
menteri selamanya. Tanggal 10 Mei 1999, ia mengundurkan diri dari jabatan
menteri karena ada desakan masyarakat agar pimpinan partai tidak duduk sebagai
menteri.
Sebagai hasil Pemilu 1999 terbentuk kabinet
pimpinan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tanggal 29
Oktober 1999, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra dan Taskin). Tetapi daripada dipecat
ia memilih mengundurkan diri pada 26 November 1999 untuk kembali berkonsentrasi
penuh memimpin partai.
Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih
sebagai Wakil Presiden ke-9 sejak Republik Indonesia ini berdiri 17 Agustus
1945. Langkah menuju posisi RI-2 yang ditempuh Hamzah Haz bisa dikatakan berliku dan
diluar rencana. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi
presiden. Otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden.
Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus
melalui proses pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal
luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Menko
Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono,
Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo.
Dalam pemungutan putaran ketiga dalam lanjutan
Rapat Paripurna Sidang Istimewa (SI) MPR ia berhasil mengungguli Ketua Umum
Partai Golkar, Akbar Tandjung. Dari 610 suara
anggota MPR yang menghadiri sidang itu, Hamzah meraih 340 suara atau unggul 103
suara dari Tandjung yang hanya meraih 237 suara. Suara abstain sebanyak 29
suara, dan empat suara dinyatakan tidak sah.
Dalam pidato usai pelantikannya sebagai wakil
presiden, Hamzah bertekad akan menjalin hubungan yang harmonis dengan Presiden Megawati Soekarnoputri
sehingga bisa membentuk pemerintahan yang efektif. Ia pun mengajak seluruh
elemen bangsa untuk melakukan islah (rekonsiliasi nasional).
Sikap islah itu ditunjukkannya dengan segera
mengunjungi mantan Presiden KH Abdurrahman 'Gus Dur' Wahid di Istana Merdeka, usai
terpilih sebagai wakil presiden. Hamzah sebagai Wapres menyampaikan ucapan
selamat jalan kepada Abdurrahman Wahid yang akan
berobat ke Amerika Serikat.
Itulah perjalanan karir politik Hamzah yang
betul-betul dirintis dari bawah. Dan banyak orang yang menilai bahwa selama
karirnya di dunia politik, Hamzah tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Karir
politiknya tampak datar walaupun ia sudah memimpin Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) yang merupakan konfigurasi empat partai Islam, yakni Partai Nahdlatul
Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi, kemudian disingkat MI), Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.
Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana. Ia
bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur. Hamzah Haz didampingi
dua istri. Keduanya telah menjadi hajah, Hj Asmaniah (tinggal di Jalan Tegalan
27, lahir 27 Juli 1942) dan Hj Titin Kartini (tinggal di Bogor, lahir 4 Mei
1946). Dari kedua istri itu, ia memperoleh 12 anak (empat putra, delapan
putri).
Kompromi
Ketika panglima Lasykar Jihad Ja'far Umar Thalib di tahan Mabes Polri, setelah terjadi kerusuhan di Ambon, Hamzah malah menjenguknya. Padahal, salah satu tuduhan yang dikenakan kepada Ja'far adalah ia menghina presiden dan wakil presiden. Polisi pun sibuk menyiapkan perangkat hukum untuk menjeratnya. Kedatangan Hamzah itu ditengarai akan menjadikan tekanan politis terhadap upaya penegakkan hukum. Tetapi, apa yang Hamzah katakan?
Ketika panglima Lasykar Jihad Ja'far Umar Thalib di tahan Mabes Polri, setelah terjadi kerusuhan di Ambon, Hamzah malah menjenguknya. Padahal, salah satu tuduhan yang dikenakan kepada Ja'far adalah ia menghina presiden dan wakil presiden. Polisi pun sibuk menyiapkan perangkat hukum untuk menjeratnya. Kedatangan Hamzah itu ditengarai akan menjadikan tekanan politis terhadap upaya penegakkan hukum. Tetapi, apa yang Hamzah katakan?
"Saya tidak mencampuri substansi persoalan.
Saya datang hanya karena beliau tertimpa musibah. Sebagai manusia, kan ada
khilafnya. Walau langit runtuh, penegakan hukum harus jalan terus. Tidak ada
tekanan (politis) itu. Presiden Filipina Arroyo juga menengok Estrada (bekas
presiden yang ditahan)," jelasnya sebagaimana dikutip dari Tempo.
Atas tindakannya itu, kemudian sempat muncul isu hubungan
Hamzah dengan Mega mulai retak. Mereka terlibat persaingan tersembunyi. Namun,
Hamzah lagi-lagi menetralisir isu itu dengan mengatakan, bahwa ia setiap saat
berkomunikasi dengan presiden. Melalui telepon juga bisa. Bahkan acara sarapan
pagi bersama setiap Selasa berlangsung secara rutin.
Saat kampanye Pemilu 1999, PPP termasuk partai
yang vokal menolak presiden wanita. Tetapi, kini justru Hamzah Haz menjadi
wapres yang presidennya seorang wanita. Menurutnya perubahan sikap politik itu
adalah sesuatu yang mungkin terjadi. "Saya dulu menolak karena kami wajib
menyampaikan pendapat dari para ulama. Kalau tidak bisa, ya sudah. Kita kan
harus realistis."
Menyinggung tuntutan untuk mempercepat Muktamar
PPP 2003, Hamzah menilainya hal itu memang menjadi masalah internal yang
mencuat ke luar. Namun, ia menghendaki agar Muktamar itu dilaksanakan pada
2004. Alasannya, agar proses konsolidasi menghadapi Pemilu 2004 berlangsung
maksimal. Bila harus muktamar lebih dulu, proses konsolidasi bisa terganggu.
Namun, bila desakan untuk mempercepat Muktamar itu terus menguat, ia menyatakan
bisa menerimanya. "Saya ini selalu akomodatif. Bagaimana dari semua sisi,
itu kita pertimbangkan. Kalau memang itu kita perlukan, ya mari. Kalau saya
tetap berpegang pada Mukernas II itu, sebaiknya dilakukan pada 2004."
Menurut jadwal yang ditetapkan Mukernas, Muktamar
PPP disepakati berlangsung pada tahun 2004. Penundaan muktamar selama setahun
itu bukan karena ia ingin mempertahankan posisinya sebagai ketua umum partai
periode mendatang. Ia mengatakan, "Saya maksimal sampai 2004 dan setelah
itu tidak bersedia dipilih lagi."
Walaupun kemudian, akhirnya Muktamar dilaksanakan
pada 23 Mei 2003 dan ia terpilih kembali sebagai Ketua Umum DPP PPP periode
2003-2008.
© ENSIKONESIA - ENSIKLOPEDI TOKOH
INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong