Senin, 03 Desember 2012, 16:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Asisten
Profesor Sosiologi, Universitas North Carolina, Christopher Bail, menuturkan
terbentuknya Islamofobia tak lepas dari absennya organisasi muslim.
Menurutnya, mereka lebih banyak
berhubungan dengan media untuk mengurusi masalah ekstrimis. Sementara, media
massa Amerika Serikat, hampir sepenuhnya mengabaikan usaha organisasi Islam
untuk menangani masalah itu.
"Jelas, masalah itu dikombinasikan
dengan peringatan emosional organisasi anti-Islam sehingga membuat semacam
representasi yang menyimpang tentang Islam," kata dia seperti dikutip
Onislam.net.
Namun, Bail melihat ada perubahan
strategi yang dilakukan organisasi Islam belakangan. Mereka tidak lagi fokus
terhadap masalah ekstrimis, tetapi juga mempromosikan ajaran Islam. (baca:
Media AS Ciptakan Islamofobia).
Itu terlihat dari organisasi seperti
Forum Pusat Kebijakan Keamanan Timur Tengah melalui proyek 'Watch Islam'.
"Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) contoh lainnya. Mereka sukses
menggandeng media massa AS," imbuhnya.
Bail percaya kendati organisasi Islam terlambat,
masih ada harapan di masa depan. "Bangsa AS telah menanamkan toleransi
beragama dalam karakter nasional kita. Umat Islam sendiri telah menjadi bagian
dari kekuatan positif sejarah AS sejak abad ke-19," ucapnya mengakhiri.
Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Agung Sasongko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong