Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits) adalah
julukannya. Tak aneh, jika (hampir) semua umat Islam mengenal namanya. Siapa
ulama yang namanya kerap ditulis pendek –Bukhari- itu?
Luar Biasa!
Dalam hal hadits, hampir semua ulama di dunia merujuk kepada
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Bukhari nama pendeknya, dinisbahkan kepada
Bukhara (di Uzbekistan, Asia Tengah), nama daerah asal dia.
Bukhari lahir pada 196 H / 810 M. Dia tumbuh-kembang di
keluarga yang berilmu. Ayah dia -Ismail bin Ibrahim- ahli fikih bermazhab
Maliki. Sang ayah memang murid Imam Malik.
Ayah Bukhari dikenal wara'
(berhati hati terhadap yang syubhat,
terlebih yang haram). Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, namun
meninggalkan warisan yang tak sedikit. Sang ayah pernah berkata, “Saya tidak
mengetahui satu dirham-pun dari harta saya dari barang yang haram, dan begitu
juga satu dirham-pun harta saya bukan dari hal yang syubhat.”
Bukhari-pun diasuh ibunya. Di masa kecilnya, mata Bukhari
sempat buta. Suatu ketika ibunya bermimpi berjumpa Nabi Ibrahim a.s., yang lalu
berkata kepadanya: “Wahai Ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan
putramu karena banyaknya doa yang engkau panjatkan kepada-Nya.” Dan
–subhanallah- menjelang pagi harinya, sang ibunda mendapati penglihatan Bukhari
telah sembuh.
Bukhari menjadikan warisan sang ayah sebagai media untuk tak
lelah mencari ilmu. Saat berusia 16 tahun, dia bersama ibu dan kakaknya ke
Makkah berhaji. Dia lalu tinggal dekat Baitulah beberapa lama untuk belajar
kepada para guru besar hadits. Di Madinah dia juga belajar.
Bukhari cerdas dan hafalannya kuat. “Saya mendapatkan ilham
untuk menghafal hadits ketika masih di sekolah baca-tulis,” kata Bukhari. Lalu,
Muhammad bin Abi Hatim bertanya, “Saat itu umur engkau berapa?” Bukhari
menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Lalu, setelah lulus, saya rajin
menghadiri majelis hadits Ad-Dakhili dan ulama hadits lainnya. Ketika sedang
membacakan hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; ‘Sufyan
meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Saya-pun menyelanya, ‘Sesungguhnya
Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.’ Tapi, Ad-Dakhili menolak saya.
Saya berkata kepadanya, ‘Kembalikanlah kepada sumber aslinya, jika Anda punya.’
Ad-Dakhili lalu masuk melihat kitabnya, lantas kembali dan berkata, ‘Bagaimana
engkau bisa tahu wahai anak muda?’ Saya menjawab, ‘Dia adalah Az- Zubair. Nama
aslinya Ibnu ‘Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim’. Lalu, Ad-Dakhili
mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan, Ad-Dakhili-pun berkata kepada
saya, ‘Engkau benar’.” Maka, Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepada saya;
“Ketika engkau membantah Ad-Dakhili, berapa umur engkau?” Bukhari menjawab,
“Sebelas tahun”.
Hasyid bin Isma’il juga menuturkan: Bukhari selalu bersama
kami aktif menghadiri para masayikh
Bashrah. Saat itu dia masih seorang anak kecil. Tampak, dia tidak pernah
mencatat pelajaran. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Dia-pun
menjawab semua celaan kami dengan mengatakan: “Kalian telah banyak mencela
saya. Tunjukkanlah kepada saya hadits-hadits yang telah kalian tulis.” Maka,
kami-pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Ternyata –setelah itu-
Bukhari malah menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu
hadits. Dia membaca semua hadits-hadits tersebut hafal di luar kepala.
Akhirnya, kami yang justru mengklarifikasi catatan-catatan kami dengan
berpedoman kepada hafalan Bukhari.
Bukhari mencari ilmu sejak sebelum baligh. “Saya menghabiskan setiap bulan lima ratus
dirham, untuk biaya menuntut ilmu,” kata Bukhari. Dia hafal Al-Qur`an dan hafal beberapa karya tulis para ulama (seperti
buku Abdullah bin Al-Mubarak).
Suka
bepergian untuk mencari ilmu adalah sifat yang paling menonjol dari para ahli
hadits. Bukhari pun demikian. Dia tak hanya belajar di negerinya sendiri, tapi
juga berkeliling seperti ke Khurasan dan sekitarnya, Bashrah, Kufah, Baghdad,
Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam, Al-Jazirah (kota-kota yang terletak di
sekitar Dajlah dan Eufrat), dan Mesir. “Saya memasuki Syam, Mesir dan
Al-Jazirah dua kali, Bashrah empat kali, di Hijaz beberapa tahun, dan tak
terhitung saya memasuki kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin,” kenang Bukhari.
Sangat banyak guru Bukhari. Ini sebagiannya: 1).Abu ‘Ashim
An Nabil. 2).Makki bin Ibrahim. 3).Muhammad bin ‘Isa bin Ath Thabba’
4).Ubaidullah bin Musa. 5).Ahmad bin Hanbal.
Murid
Bukhari sangat banyak yang sebagiannya menjadi ulama berpengaruh seperti:
1).Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-261),
penulis Shahih Muslim. 2).Al-Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi (210-279), penulis Sunan
At-Tirmidzi. 3).Al-Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
(223-311), penulis Shahih Ibnu Khuzaimah.
Pada usia
18 tahun dia menerbitkan kitab pertamanya, Kazaya Shahabah wa Tabi'in. Karya
Bukhari banyak, di antaranya adalah: 1).Al-Jami’ as-Shahih (Shahih Bukhari).
2).Al-Adab al-Mufrad. 3).At-Tarikh ash-Shaghir. 4).At-Tarikh al-Awsath.
4).At-Tarikh al-Kabir. 5).At-Tafsir al-Kabir. 6).Al-Musnad al-Kabir.
Untuk mendapatkan info lengkap mengenai sebuah hadits,
Bukhari berkali-kali mendatangi ulama atau perawi sekalipun berada di kota atau
negeri yang jauh. Bukhari bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah dia
mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits. Semua hadits lalu diseleksi sangat
ketat. Bukhari akhirnya hanya menuliskan
9082 hadis dalam karya monumentalnya, Al-Jami’
as-Shahih (Shahih Bukhari). Di situ ada 289 ahli hadits yang haditsnya
dikutip.
Adakah Lagi?
Imam Muslim (penulis Shahih Muslim) berkata ketika Imam
Bukhari menyingkap satu cacat hadits yang tidak di ketahuinya, “Biarkan saya
mencium kedua kaki Anda, wahai gurunya para guru dan pemimpin para ahli hadits,
serta dokter hadits dalam masalah ilat hadits”. Sementara, atas Imam Bukhari yang wafat pada 256 H / 870 M itu
bersaksilah Abu Bakar ibnu Khuzaimah, bahwa “Di kolong langit ini tidak ada
orang yang lebih mengetahui hadits lebih dari Muhammad bin Isma’il (Bukhari)”.
Sumber M. Anwar Djaelani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong