Jakarta (voa-islam.com) Barangkali tidak dapat lagi dijadikan pegangan bahwa "surga berada di telapak kaki ibu".
Karena, betapa banyaknya laki-laki sekarang atau di zaman purba, tak
dapat mengatakan tidak atas permintaan istri atau permaisuri.
Para lelaki, walaupun terkadang kelihatan gagah, dan kumisnya tebal, nampak begitu berwibawa, tetapi ketika harus berhadapan dengan istrinya seperti "ayam makan karet", tak dapat mengatakan tidak, dan akan mengikuti apa yang diinginkan oleh sang istri.
Banyak laki-laki yang tidak dapat mengatakan tidak kepada istrinya,
dan bahkan banyak laki-laki yang menjadi pemimpin, dan hanya
menjalankan agenda istrinya. Dia sendiri kehilangan inisiatif dan
kebebasan, dan tidak dapat menjalankan visinya, karena sudah dikalahkan
dan tunduk kepada istri.
Soekarno, ketika masih menjadi presiden, dan nampak berwibawa dan
sangat karismatis, tetapi menurut berbagai cerita, Soekarno tak dapat
mengatakan tidak kepada sang istri, yaitu Ratna Sari Dewi. Mungkin
Soekarno, sangat mencintai kepada Dewi. Itulah saat terakhir menjelang
Ratna Sari, begitu setia menemani Soekarno.
"Dewiku tercinta, Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan
konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di
kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!, Sayang dan 1000 ciuman,
Soekarno."
Untaian kata cinta itu dilayangkan oleh Soekarno kepada pujaan hatinya, Ratna Sari Dewi. Surat singkat itu dikirim melalui kurir Sang Presiden pada 2 Oktober 1965.
Situasi yang memanas di dalam tubuh militer setelah peristiwa 30 September 1965, nampaknya meluluhkan hati Soekarno yang keras. Cintanya membuat Soekarno tak melupakan Dewi, tak lupa melayangkan seribu ciuman kepada wanita Jepang itu.
Untaian kata cinta itu dilayangkan oleh Soekarno kepada pujaan hatinya, Ratna Sari Dewi. Surat singkat itu dikirim melalui kurir Sang Presiden pada 2 Oktober 1965.
Situasi yang memanas di dalam tubuh militer setelah peristiwa 30 September 1965, nampaknya meluluhkan hati Soekarno yang keras. Cintanya membuat Soekarno tak melupakan Dewi, tak lupa melayangkan seribu ciuman kepada wanita Jepang itu.
Dewi menemani Soekarno saat terakhir menjelang ajalnya tiba. Ini
menggambarkan betapa jalinan cinta antara Presiden Soekarno dengan
seorang penari Jepang, yang kemudian menjadi isterinya. Pernikahan
Soekarno dengan Dewi itu, melahirkan anak perempupan yang diberi nama
Kartika.
Seseorang bisa menyimpang, bukan hanya korupsi semata, termasuk
berbagai tindakan yang sangat melanggar nilai-nilai agama, tak dapat
pula dilepaskan dari peranan ibu-ibu atau perempuan.
Begitu pula dengan "The Smiling General" Soeharto, ada
perempuan yang menjadi penentu yaitu Ibu Tien. Menurut berbagai sumber
yang pernah dekat dengan Soeharto, betapa Ibu Tien, sangat berpengaruh
terhadap Soeharto. Sampai-sampai ada yang berkomentar, sejatinya yang
berkuasa itu, adalah Ibu Tien. Bukan Soeharto.
Ibu Tien yang sudah mendampingi selama Soeharto tiga puluh tahun,
memililki pengaruh yang sangat kuat, dan Ibu Tien tidak suka kalau ada
pembantu presiden yang suka berpoligami, atau selingkuh. Maka, ketika
mendengar ada yang poligami atau selingkuh dari orang dekatnya Soeharto,
langsung di buang.
Ibu Tien Soeharto yang begitu berpengaruh terhadap Presiden Soeharto
itu, karena memang Ibu Tien masih "trah" keturunan kraton Solo.
Berdarah biru. Sedangkan Soeharto anak petani. Jadi secara "trah"
Soeharto itu, dibawah Ibu Tien. Karena itu, Ibu Tien yang begitu
kuasanya, karena memiliki "trah" kraton Solo, ikut menentukan jalannya
pemerintahan.
Ibu Tien dikenal dengan sebutan "Madame Ten Percent" (Nyonya
10 persen), karena Ibu Tien konon suka meminta bayaran 10 persen dari
para pengusaha yang mendapatkan proyek atau bisnis dari pemerintah.
Itulah peran yang sangat penting yang perlu diingat oleh rakyat
Indonesia.
Apakah Ibu Ani Yudhoyono juga memiliki pengaruh terhadap Presiden
SBY. Ini mesti dilihat dengan lebih teliti. Berbagai rumor sudah sangat
luas, tentang pengaruh dalam berbagai keputusan yang diambil SBY. Ini
tidak tertutup kemungkinan seperti itu. Karena, betapapun ibu-ibu
dikalangan elite, sangat besar pengaruhnya terhadap suaminya. Para ibu
itu sangat menentukan jalannya kehidupan sumainya.
Christiani yang dikenal dengan Ani yang merupakan anak Jenderal Sarwo
Edhie Wibowo, tokoh legendaris di awal Orde Baru, dan pernah menjadi
komandan jenderal Akademi militer di Magelang itu, tentu dimata SBY
tokoh militer yang sangat disegani. Sarwo Edhie Wibowo, memiliki
pengaruh luas dikalangan militer di awal Orde Baru, karena di saat itu,
dia menjad komandan Pasukan Sandhi Yudha, yang sekarang dikenal dengan
Kopassus.
Sedangkan SBY hanyalah anak seorang Letnan Soekotjo, yang menjadi
komandan Koramil di Pacitan, dan kemudian menikahi Ani Yudhoyono, anak
seorang jenderal legendaris. Maka, tak aneh kalau Ani Yudhoyono memiliki
pengaruh terhadap suaminya, SBY.
Di sisi lain, trah dari Bung Karno, Mega menilai kasus korupsi yang menyeret pejabat publik disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya faktor dari tekanan pihak keluarga sendiri.
"Ada juga masalah MK, masya Allah ada-ada saja republik ini. Karena
salah satu terjadi korupsi itu memang karena desakan ibu-ibu," ujar
Mega dalam diskusi bertema 'Perempuan dan peradaban Indonesia' di
kantor DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu
(9/10/2013).
Mega mencontohkan dalam sebuah acara resmi dihadiri oleh Presiden yang waktu itu dijabatnya, banyak kalangan istri-istri pejabat atau PNS eselon yang berlomba-lomba untuk berpenampilan menarik dan mewah demi menghadiri sebuah acara.
"Karena persaingan. Saya pernah jadi presiden jadi saya lihat persaingan di PNS. Mereka itu bilang nanti kami pake baju apa kalau ada presiden, saya pikir apa urusannya," ujarnya.
Mega mencontohkan dalam sebuah acara resmi dihadiri oleh Presiden yang waktu itu dijabatnya, banyak kalangan istri-istri pejabat atau PNS eselon yang berlomba-lomba untuk berpenampilan menarik dan mewah demi menghadiri sebuah acara.
"Karena persaingan. Saya pernah jadi presiden jadi saya lihat persaingan di PNS. Mereka itu bilang nanti kami pake baju apa kalau ada presiden, saya pikir apa urusannya," ujarnya.
Betapa ibu-ibu yang sekarang ini menjadi bagian terpenting bagi
kehidupan bangsa, sangat mempunyai arti penting. Terutama, bagi mereka
yang memiliki kesempatan jabatan,dan kekuasaan, bersama dengan suami
mereka, dan tidak dapat mempengaruh dan mengajak suaminya kearah
kehidupan yang baik, maka dampaknya sudah dapat diprediksi.
Apalagi, ibu-ibu sekarang orientasi hidup mereka sangat
materialistis, dan terus berambisi dengan kemewahan dan glamour, tidak
tertutup kemungkinan merekalahl yang menjadi faktor pendorong suaminya
menjadi korup dan zalim, dan berbuat kejahatan yang tidak perbayangkan
sebelumnya.
Tentu, kembali kepada hati nurani masing-masing, dan apakah Mega,
ketika menjabat menjadi presiden benar-benar "clean", dan tidak setitik
pun terkontaminasi dengan korupsi? Mengapa Mega memberikan pengampunan
kepada konglomerat hitam yang sudah menghabiskan uang negara triliunan?
hh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong