Ketua Bidang
Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof.
Dr. A. Syafiq Mughni, MA dalam seminarnya di Musyawarah Kerja Nasional Persis kedua di
Pesantren Persis Bangil Jawatimur yang mengangkat sosok A. Hasan,
menyatakan kekagumannya terhadap A. Hasan.
“A.
Hasan memiliki sosok yang sangat penting di Persis, karena beliau
idiolog Persis yang membentuk cara berpikir dan kemudian itu menjadi
cara berpikir Persis. Tidak ada orang yang paling bisa menentukan cara
idiologi di Persis sebanding dengan A. Hasan,” kata Syafiq yang juga
lulusan Pesantren Persis Bangil pada jumat (07/10).
Oleh
karena itu menurutnya kisah A. Hasan membawa amanah kepada Persis untuk
melanjutkan cita-cita dan perjuangannya untuk keagungan umat di massa
yang akan datang.
Syafiq melanjutkan bahwa mengapa A. Hasan idiolog
besar dan paling menentukan perjuangan sejarah Persis, karena pengaruh
A. Hasan sangat besar melampaui jumlah anggota Persis kala itu.
“Dulu
antara tahun 30 dan 40an anggota Persis tidak sebanyak muhammadiyyah
dan NU, tapi cara berpikir A. Hasan melampaui angota Persis kala itu.
Pengajaran shalat menjadi rujukan kalangan intelek muslim juga bagi
santri-santri muhammadiyyah. Demikian juga buku soal jawab A. Hasan itu
melampaui. Misalkan kalau 3-4 juta itu jauh melampaui jumlah anggota
Persis kala itu,” kata Syafiq.
Syafiq
juga mengataan pada organisasi tajdid (pembaharu)
seperti Muhammadiyyah, Al Irsyad, Persis dan lainya, tidaklah ada
intelektual yang paling berpengaruh kecuali Persis berkat jasa A.
Hasannya. Beliau diakui sebagai pemikir produktif dalam mengembangkan
gagasaannya.
Selain
itu ia juga sebagai ahli politik yang hebat dan bisa mewarnai idiologi
bangsa. Dia bersungguh-sungguh untuk menjadikan negara Indonesia
bersumber pada alquran dan sunnah, sebab saat itu muncul berbagai
pemikiran yang akan menentukan masa depan negara Indonesia, salah
satunya ada pemikiran yang ingin menjadikan negara Indonesia sebagai
negara sekluer dimana persoalan agama tidak boleh
memberikan warna terhadap perjalanan negara.
“Ia
tidak hanya intelek muslim , tapi juga sebagai pemikir politik
pembangun sumber daya manusia untuk kemajuan negara ini. Keterlibatan
beliau di partai Masyumi membuktikannya. Ini
sebagai bentuk tanggung jawab beliau kepada negara dan bagsa,” tuturnya.
Syafiq
berharap Persis lebih fokus pada isu keagamaan yang mendesak. Kalau
muhammadiyyah kornya sosial dan pemikiran agama mengikuti gerakan
sosialnya, maka Persis lebih terdepan di dalam pemikiran keagamaan.
Sehingga jika ini terbentuk maka antara Persis dan Muhammadiyyah akan
menjadi penunjang satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong