Mudik merupakan salah
satu ‘ritual’ saat menjelang ‘Idul fitri, berkunjung kepada sanak saudara di kampung.
Idul fitri tanpa mudik kalau kita analogikan seperti
sayur tanpa garam, tiap tahun kita saksikan bagaimana orang-orang
berbondong-bondong ke kampung halaman, hal tersebut sudah lumrah di Negara kita
tercinta, maka tidak aneh jika hal tersebut menyedot perhatian media massa,
baik media elektronik, media cetak, maupun media on line. Apalagi setiap
memberitakan mudik ini, media massa
banyak memberitakan mulai dari arus mudik, arus balik sampai pemberitaan
tentang banyaknya kecelakaan, hingga tiap tahun tidak luput dari sejumlah
korban yang luka-luka hingga yang meninggal dunia.
Banyak motif yang melatarbelakangi mengapa kaum
muslimin melakukan perjalanan ke kampung halaman, di antaranya ada yang ingin
bagi-bagi rezeki, pamer harta-kekayaan, setelah keberhasilan di perantauan atau
sowan dan bersalam-salaman dengan orang-tua dan kerabat. Selintas kita
perhatikan bagaimana lalu-lintas mudik, kita berpikir dan bergumam, mengapa
harus mudik? Mengapa harus rela antri di loket-loket stasiun Kereta Api, hingga
ada yang bermalam di Stasiun berhari-hari untuk menunggu mendapatkan tiket
Kereta Api menuju kampung halamannya, dengan merogoh kocek yang tidak sedikit.
Namun kalau kita perhatikan pula, bagaimana ada
sebagian kaum muslimin yang berniat mudiknya untuk bersilaturahmi (Silatur-rahim). Silaturahmi merupakan
salah satu anjuran dalam agama Islam. Dalam hal ini Allah Swt berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”
(Q.S. An Nisaa’: 1). Bahkan Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang ingin
dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali
silaturahim.” (H.R.
Bukhari-Muslim).
Maka disini ada kebaikan dalam mudik ini, ada proses
merealisasikan ajaran/pendidikan agama, yakni bersilaturahmi, menyambungkan
tali persaudaraan yang di anjurkan oleh Agama, maka adapun adanya berbagai
kecelakaan diberbagai titik, maka disini harus di antisipasi oleh seluruh
pihak, dimulai dari diri sendiri, dengan melakukan persiapan yang maksimal,
kendaraan pribadi dalam kondisi baik, menjaga kesehatan, istirahat yang cukup,
jangan sampai mengantuk bila dalam mengemudikan kendaraan pribadi, disiplin dan
berhati-hati diperjalanan sehingga meminimalisir banyaknya jatuh korban. Dan
bagi Pemerintah adalah mengantisipasi dengan memperbaiki media dan alat
transfortasi, baik darat, udara, maupun lautan, pelebaran jalan, Perbaikan jalan
tol, Bandara, Stasiun, Bus, Kereta Api dan lain sebagainya dengan melibatkan
Tim independent supaya tidak terjadi Markup dan korupsi dana perbaikan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong