Dalam
seminar bertemakan Refleksi dan Reaktualisasi Pemikiran A. Hasan yang
digelar di acara Musykernas Persatuan Islam (Persis) kedua di Pesantren
Persis Bangil Pasuruan Jawatimur jumat (07/10) ini, Prof. Dr. Dadan
Wildan Annas, M. Hum menyatakan bahwa saking hebatnya pengaruh ajaran
Persis yang dibawakan A. Hasan, ternyata Soekarno pun memiliki pemahaman
fiqh yang sama.
Dadan
yang juga ketua dewan Tafkir PP Persis mengungkapkan bahwa kedekatan A.
Hasan dengan Soekarno terjadi ketika keduanya sama-sama bertemu di
percetakan Drukerij Economy milik orang Cina di Bandung. Dari sanalah
mulai terjadi diolog seputar fiqh.
Lambat
laun Soekarno belajar aktif melalui buku-buku dan majalah karangan A.
Hasan. Puncaknya terjadi ketika surat menyurat antara A. Hasan dan
Soekarno yang waktu itu diasingkan oleh Belanda ke Endeh Flores.
Salah
satu contoh suratnya adalah yang menerangkan tidak maunya Soekarno
melaksanakan tahlilan ketika mertuanya meninggal.
Endeh,
14 Desember 1935
Kaum
kolot di Endeh—di bawah anjuran beberapa orang Hadromaut- belum tentram
juga membicarakan halnya saya tidak bikin salamatan “selamatan tahlil”
buat saya punya ibu mertua yang baru wafat itu, mereka berkata, bahwa
saya tidak ada kasihan dan cinta pada ibu mertu itu.
Biarlah!
Mereka tak tahu menahu, bahwa saya dan saya punya isteri sedikitnya
lima kali satu hari, memohonkan ampun bagi ibu mertua itu kepada Allah.
Dadan
menegaskan bahwa ajaran Persis kala itu yang dibawa oleh A. Hasan
melampaui jumlah anggota Persis kala itu yang jumlahnya baru ratusan.
Bukunya khususnya tanya jawab A. Hasan banyak dimiliki oleh orang-orang
Muhammadiyyah, al irsyad dan umat Islam lainnya.
Dadan
berharap kader Persis saat ini harus mengaktualisasikan kembali
cakrawala pemikiran A. Hasan sehingga bisa dijadikan rujukan oleh umat
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong