Rabu, 27 Januari 2010

4 Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Filosofi Sunda


Pulau Jawa

Pulau Jawa merupakan pulau terpadat penduduknya di negara Republik Indonesia, yakni hampir separuhnya penduduk Indonesia, walaupun luas wilayahnya sangat kecil bila dibanding dengan pulau Kalimantan. Maka tidak aneh dengan kelebihan yang dimiliki oleh pulau Jawa tersebut menjadi lahan empuk bagi para politisi untuk merebut suara rakyat, guna menempati kursi panas DPR.

Jawa Barat dan Urang Sunda

Pulau Jawa terbagi kepada beberapa Propinsi, antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten dan mungkin akan bertambah seiring “musim” pemekaran (yang masih menyisakan berbagai permasalahan), walaupun demikian “Syahwat” pemekaran kian terus menjadi model baru untuk konteks Indonesia saat ini (era refotnasi…eh reformasi).

Masih banyak yang berasumsi bahwa penduduk pulau Jawa identik dengan suku Jawa, khususnya penduduk di luar pulau Jawa, sebut misal ketika penulis “ulin jarambah” (maen jauh-jauh, -alah rancu menerjemahkannya-) ke Kalimantan Selatan, tepatnya ke Banjar Baru dan Martapura, ada saja orang yang mengenalkan penulis dari pulau Jawa, dan mereka menyangka penulis sebagai orang Jawa, walaupun bagi penulis sendiri tidak menjadi masalah, karena kalau kita masih mempermaslahkan suku dan bangsa mirip dengan zaman jahiliyah yang sangat dilarang dalam agama Islam yaitu ashobiyah

Kita ketahui bahwa pulau Jawa Timur dan Jawa Tengah mayoritas penduduknya adalah suku Jawa, dan Jawa Barat mayoritas penduduknya adalah suku Sunda, walaupun masih ada suku lain yang gak kesebut dan sudah banyak pula suku-suku yang berdatangan dan bermukim di Pulau Jawa, diantaranya: Suku Batak, Padang, dll, yang gak kesebut jangan marah termasuk suku jebrag dan suku rorombeheun.



Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Filosofi Sunda

Di pentas nasional untuk setingkat Presiden, urang Sunda belum ada yang “mendudukinya”. Kursi panas tersebut masih didominasi oleh wong Jowo, sebutlah : Soekarn(o), Soehart(o), Susilo Bambang Yudhoyon(o), dll. Namun demikian urang sunda ternyata mempunyai filosofi yang begitu berbobot bagi kriteria pemimpin bangsa ini, diantaranya ada 4 kriteria:
1. Bageur (Baik)

Seorang pemimpin seyogyanya harus bageur, dalam artian ia harus baik kepada rakyatnya. Maka bagi para pemimpin seharusnya mengejawantahkannya dalam mengurus rakyatnya, bukannya ‘mengeksploitasinya’, dimana para kandidat pemimpin begitu baik kepada rakyatnya saat menjelang Pemilu tapi ketika pesta demokrasi tersebut usai, rakyatpun mulai dilupakannya, jadi rakyat hanya sebatas pendorong mobil mogok, dan setelah mobil maju merekapun ditinggalkannya.

2. Beneur (Benar)

Seorang pemimpin harus benar akhlaknya yang berpijak kepada dienullah, yang menjadi agama bagi pemeluk mayoritas dinegeri ini.
3. Cageur (sehat)

Seorang pemimpin harus sehat, bukan saja sehat jasmani, tapi juga sehat rohani.
4. Pinter (pintar / cerdas)

Seorang pemimpin mesti cerdas, bukan hanya cerdas otaknya namun ia juga mesti cerdas spiritual atau shaleh, karena pintar otaknya tanpa dibarengi dengan keshalehan akan menjadi pinter kablinger (kepintaran hanya digunakan untuk menipu rakyatnya). Dengan cerdas keduanya, seorang pemimpin tak akan tergantung dan berhutang kepada pihak asing, seperti: IMF, Bank Dunia, WTO dan lain-lain.

Demikianlah empat kriteria pemimpin ideal dalam filosofi Sunda -namun tidak menutup kemungkinan ada kriteria lain (yang berakhiran ‘er’)-, yang bila di laksanakan oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini akan tercipta rakyat makmur dan sejahtera (dengan izin Allah Swt), dan kekayaan alam tidak hanya di nikmati oleh segelintir orang saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wilujeng ngawangkong