Pada 9 April 2014 rakyat Indonesia telah memilih
wakil-wakilnya di DPR/D Kota/Kabupaten dan Provinsi serta DPD, dan sejumlah
nama telah diprediksi lolos ke gedung senayan, baik itu incumbent, maupun
pendatang baru, dari kalangan politisi, artis sampai tukang baso pun meramaikan
bursa caleg (calon anggota legislatif) ini.
Dalam Pemilu 2014 ini kebanyakan rakyat tidak tahu/tidak kenal caleg-caleg yang terpampang dalam surat suara, walaupun wajah mereka hilir mudik di sepanjang jalan, melalui alat peraga kampanye, spanduk dan baliho -yang membuat semrawut wajah kota-. Disinilah kinerja Partai Politik (Parpol) yang buruk, mereka ‘bekerja’ hanya 5 tahun sekali menjelang Pemilu; kaderisasi di Parpol kurang berjalan, sehingga dalam menempatkan calegnya pun asal-asalan, yakni caleg yang asal banyak uang, asal populer (seperti artis) walaupun wawasan, kinerja dalam berorganisasi sangat kurang, bahkan tidak pernah, kepekaan terhadap nasib rakyat kecil tidak ada, sehingga sebutan wakil rakyatpun dipertanyakan, mau membawa aspirasi rakyat yang mana?
Bagi-bagi kue kekuasaan merupakan hal biasa dalam
percaturan politik Indonesia, sehingga tidak heran bila negara yang kaya akan
SDM dan SDA ini digadaikan untuk kepentingan asing. Yang pada akhirnya negara
terluas keempat didunia ini hanya jadi sapi perahan negara-negara maju. Belum
ada saat ini yang tampil sebagai Capres yang siap membela rakyatnya dan menjaga
SDA dari eksploitasi asing, seperti halnya Hugo Chaves yang berani
menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak negeri Venezuela untuk
kesejahteraan rakyatnya dari hegemoni perusahaan Amerika Serikat.
Itu dari segi sosial-ekonomi, belum lagi ditinjau dari
kepentingan ideologis, dimana sekularisasi dan liberalisasi menjadi acuan para
pemimpin negeri ini. Seolah-olah peran agama -khususnya Islam yang menjadi
agama mayoritas- dikesampingan, bahkan dijadikan musuh. Ini tidak lepas dari
pesanan pemimpin Amerika Serikat dan Barat yang menempatkan Islam sebagai
teroris, musuh pasca tumbangnya komunisme.
Lalu dimana peran parpol Islam dalam ajang Pilpres 2014? Dengan
melihat perolehan suara versi hitung cepat (quick count), ternyata hanya
parpol-parpol nasionalis yang meraih suara 3 besar, yakni PDI-P, partai Golkar
dan Gerinda, adapun parpol-parpol Islam (berasas Islam dan bermassa Islam)
tidak ada yang mempunyai suara yang signifikan. Ini yang menjadi pertanyaan: mengapa
orang Islam yang mayoritas ini tidak mau milih parpol Islam? Apakah umat
takut bila parpol Islam berkuasa dengan menegakkan Syari’at Islam secara
kaffah? Seperti Hudud, rajam, qishsos dan lain sebagainya. Atau media
kafir (seperti Tv) yang menggembosi syari’at Islam dan menggembor-gemborkan
hedonisme? Atau kinerja (dakwah) parpol Islam yang kurang efektif?
Dengan begitu hanya ketiga partai besar tersebut yang
mempunyai daya tawar untuk mengajukan Capres, walaupun mereka harus berkoalisi
dengan parpol lain karena tidak ada yang meraih 20% suara. Sehingga
parpol-parpol Islam sedang ditunggu-tunggu umat, apakah mereka akan berkoalisi
dengan parpol nasionalis untuk meraih Cawapres atau jatah Menteri? Atau mereka
berkoalisi dengan sesama parpol Islam (Poros Tengah Jilid II)?
Kalau saja elit-elit parpol Islam tidak mau egois dan mau
bersatu untuk ber-poros tengah ini, maka tidak mustahil umat yang golput pun
akan menyumbangkan suara bagi Capres dari poros ini (karena ini merupakan
pertarungan ideologi, antara yang haq dan bathil), atau mereka akan terbiasa
akan berkoalisi dengan Capres parpol nasionalis, karena dengan melihat survey,
Capres yang di usung Pimenangeun (menang telak), dengan asumsi bahwa
dengan mengusung Capres sendiri yang kurang populer akan kalah, dengan begitu
mereka kumeok memeh dipacok (kalah sebelum bertanding).
Maka Pemilu Presiden yang akan digelar tanggal 9 Juli 2014, yang
akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, menjadi taruhan bagi parpol-parpol
Islam, dengan siapa mereka akan berkoalisi, disini penulis cantumkan
Firman Allah Swt:
لاَّ يَتَّخِذِ
الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَن
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّهِ فِي شَيْءٍ إِلاَّ أَن تَتَّقُواْ
مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللّهِ
الْمَصِيرُ ﴿٢٨﴾
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali
(mu)”. (QS. Ali-Imran : 28)
Dan bagi umat,
sebaiknya jangan pilih Capres atau Cawapres orang kafir, karena mereka
mempunyai agenda agama yang dianutnya dan aspirasi umat Islam akan dikebiri,
firman Allah Swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَكُمْ هُزُوًا
وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ
وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan,
(yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah jika
kamu betul-betul orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Maidah [5]: 57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
wilujeng ngawangkong